Panglima Perang Islam Tak Terkalahkan !

Khalid Bin Walid
Khalid Ibn Al-Walid

Assalamualai’kum Wr. Wb. Kembali berjumpa dengan sobat semua pada kesempatan kali ini ane mau ngesar tentang panglima perang islam, salah satu diantaranya adalah Khalid ibn Al-Walid, beliau merupakan salah satu jenderal Arab yang sangat dikenal di awal penaklukan Islam Abad ke-7, tercatat akan kemampuan militernya dalam memimpin pasukan-pasukan Muhammad dan dua Khulafaur Rasyidin pertama, Abu Bakar dan Umar ibn Al-Khattab.
Karena ia tidak terkalahkan dalam lebih dari seratus pertempurannya melawan Imperium Romawi Timur dan Imperium Persia, ia dihormati sebagai salah satu panglima militer terbaik sepanjang masa.

Ia lahir sekitar tahun 592 M di Makkah. Khalid terlahir sebagai anggota Bani Makhzum, salah satu klan yang berpengaruh di Makkah dan berperan sebagai andalan di bidang militer. Ketika Islam pertama kali tumbuh di Makkah, ia termasuk golongan mayoritas yang sangat memusuhi Muhammad dan para pengikutnya. Ketika umat Islam Makkah berhijrah ke Madinah, beberapa pertempuran besar berlangsung antara pasukan Makkah dan pasukan Madinah. Ia terlibat dalam Pertempuran Uhud dan Pertempuran Khandaq ‘Parit’.

Untuk pertama kalinya ia mempertunjukkan keahliannya dalam bertempur pada Pertempuran Uhud. Ia menjadi panglima pasukan kavaleri kuda Makkah. Dalam kondisi pasukan Makkah yang terdesak, Khalid mampu mengubah keadaan menjadi kemenangan Makkah.

Tahun 628 M, Perjanjian Hudaybiyah disepakati. Perjanjian ini adalah perjanjian gencatan senjata antara Makkah dan Madinah. Setelah perjanjian ini, Khalid masuk Islam. Tiga tahun sejak ia masuk Islam, untuk pertama kalinya ia bergabung dalam pasukan Islam dalam pertempuran yang cukup penting, Pertempuran Mu’tah.

Dalam pertempuran ini, ia menjadi prajurit biasa bersama 3.000 pasukan Madinah lainnya menghadapi sekitar 100.000-200.000 pasukan Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia ditunjuk untuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima: Zayd bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dengan perannya ini, pasukan Madinah bisa bertahan selama tujuh hari.

Ia mengubah posisi pasukan sayap kanan ke sayap kiri dan begitu juga sebaliknya. Ia lalu membariskan seluruh pasukannya dalam barisan yang amat panjang untuk memberikan kesan jumlah pasukannya lebih banyak. Ia juga memerintahkan pasukannya untuk membuat debu dan pasir beterbangan lebih dari yang seharusnya. Strateginya berjalan cukup sukses dengan timbulnya kewas-wasan dalam hati pasukan Romawi karena mengira pasukan Madinah menerima bantuan. Efek ini muncul karena mereka harus berhadapan dengan wajah baru setiap harinya. Khalid lalu dengan lebih mudah agak mengorientasikan pasukannya untuk selalu mundur sedikit demi sedikit.


Pasukan Romawi mengira hal ini adalah jebakan untuk membuat mereka masuk ke gurun pasir Arab yang “kejam”. Hari ketujuh, perang berakhir dengan mundurnya kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini, Khalid mematahkan sembilan pedangnya yang menunjukkan betapa intensifnya pertempuran antar kedua belah pihak. Karena kepemimpinannya dalam pertempuran ini juga, ia dijuluki SayfUllah ‘Pedang Allah’.

Di masa Khalifah Abu Bakar, Khalid diutus memimpin 18.000 dalam Perang Islam-Persia. Perang ini diawali oleh Khalid dengan pengiriman surat kepada Hormuz, Gubernur Persia untuk Mesopotamia. Isi suratnya sangat terkenal seperti yang dicantumkan di bawah ini.

“Masuklah dalam Islam dan kalian akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu serta rakyatmu akan kami lindungi, jika tidak, Kamu akan menjadi bersalah atas konsekuensinya, karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan.”

Pertempuran pun harus dilakukan karena Persia tidak mau takluk begitu saja. Empat pertempuran pertama dimenangkan pasukan Kekhalifahan Islam: Pertempuran Rantai, Pertempuran Sungai, Pertempuran Walaja, dan Pertempuran Ullais. Khalid benar-benar memanfaatkan kelemahan pasukan Persia yang sangat lambat karena beratnya persenjataan dan baju perang mereka. Dalam Pertempuran Rantai, ia “mengerjai” pasukan Hormuz dengan membuat mereka bolak-balik antara Kota Uballa dan Kota Kazima beberapa kali. Akibatnya pasukan Persia kelelahan dan Khalid pun memenangkan pertempuran pertamanya melawan Hormuz. Satu bulan kemudian, Hirah, ibukota Mesopotamia, berhasil direbut dan dalam beberapa bulan berikutnya, seluruh Mesopotamia dikuasai oleh Kekhalifahan Islam.
Setelah tugasnya usai dalam tahap pertama penaklukan Persia, ia diutus untuk memimpin pasukan khalifah di front peperangan di barat, Perang Islam-Romawi Timur. Agustus-November 634 M, Umar ibn Al-Khattab menggantikan Abu Bakr sebagai khalifah dan mengeluarkan keputusan yang mengejutkan dengan menurunkan jabatan sepupunya, Khalid, sebagai panglima tertinggi dalam penaklukan Syams. Tidak ada reaksi negatif dari dirinya. Ia terus bertempur.

Bulan Oktober 636 M, Abu Ubaydah menyerahkan kepemimpinan pasukan untuk sementara kepada Khalid sebagai panglima keseluruhan pasukan yang jumlahnya berkisar 30.000-40.000. Pasukan Romawi Timur yang datang ternyata benar-benar sesuai dengan kabar dari tawanan perang pada pertempuran sebelumnya, 1
50.000-240.000.

Post a Comment

2 Comments

Komentar sobat sangat saya harapkan untuk evaluasi saya, tetapi saya mohon berkomentarlah yang sopan, sesuai dengan tema postingan, dan mohon jangan memasang link aktif !